Posted on Sunday, May 25, 2014 · Leave a Comment
I’ll try to tone down the sarcasm. But, if you know me, you’d know better. –A
Beberapa
teman akhirnya berkomentar juga mengenai blog ini. “Wah, kepanjangan!” komentar
mereka – well, mau gimana lagi? – “Ini blog kamu banget,” komentar yang lain,
“Buat orang yang gak tahu kamu pasti mikir ini
orang nyebelin banget sih. Tapi buat yang udah tahu, yah, ini memang kamu”.
Welcome
to The Jungle, Darlings!!
Anyhow.
Sekarang
Aku mau cerita mengenai forum online yang sering Aku kunjungi akhir-akhir ini.
Ini forum basenya di Amerika dan membershipnya berdasarkan tipe kepribadian
kamu pada tes kepribadian tertentu. Just
to keep it anonymous, Aku akan menyebut forum ini forum B…, untuk Bed*bah.
Forum
B ini berisi orang-orang kritis, pemikir analitis, sarkastik, dan serba
ambisius. Bahasan-bahasan yang ada cenderung intelektual dengan banyak
penekanan pada tema psikologi dan filosofi. Mereka tidak takut mengkritik kamu (yang
untuk beberapa orang, kritik itu diartikan sebagai serangan atau kejam, namun
untuk kami kritik itu adalah suatu bentuk kejujuran) sehingga banyak tipe
kepribadian lain, yang berbeda dengan mayoritas member forum, shock dan akhirnya menyingkir dari
forum. Kalau kebanyakan orang biasanya mengucapkan, “Kayaknya itu kurang tepat,”
mereka akan mengucapkan, “itu benar-benar salah”. Honestly, buat Aku, kritik
itu jangan ditanggapi secara personal. Secara pribadi, menurut Aku ngomong
jujur itu gak masalah, kita hanya perlu accept the fact and move on.
Nah,
kenapa A ingin berbagi mengenai forum ini?
Forum
B ini telah menjadi kotak diskusiku sejak setengah tahun terakhir. Ada banyak
sekali hal menarik yang Aku temukan disana. Dimulai dari seorang pemain film
porno homoseksual hingga seorang sukarelawan di Afghanistan (don’t hate,
darls). Karena semangat berdiskusi, terutama yang berbau keilmuan, sangat
kental di sana, A berpikir mungkin udah saatnya share pengalaman seru itu di
sini.
Untuk kali ini…
Semua Dimulai dari Sokami
Kalian harus tahu, sekalipun
terlihat seperti gadis muda yang suka menyanjung dan tersenyum kecil pada
candaan-candaan basi, Aku seringkali menguap di dalam hati. Ketertarikanku
berada pada hal lain. Misalnya saja, teori, postulasi, ide-ide gila - Il me faut prendre le frais, c’est vrai! Aku
harus menemukan hal baru, itu benar! Aku tidak bisa menahan diri dari teori
dan diskusi intelektual. Katakan ide-ide gila yang mungkin terkuak di alam
semesta ini, dan kita bisa terbang menjelajahi kegilaan itu bersama.
Dan Sokami memang orang gila.
Seringkali Aku bergabung dalam forum dan melihat dirinya dicaci oleh seorang
penjaga forum karena kegilaannya (yah, si penjaga emang jutek). Berikut sedikit
mengenai salah satu ide Sokami:
Electromagnetic-Gravitational Propulsion Band (EMGPB):
The point of this device is to use a powerful electromagnetic and gravitational force field to pull or 'slingshot' a spaceship to its desired destination. I will explain the relevant details of how my conceptualized device is designed to function in this particular manner.
Imagine a donut-shaped/(Torus) object with a hollowed out interior:
The hollowed out area of the inside of the donut is 10 micrometers in width. For perspective (or for anyone who doesn't use the metric system), that is 1/100,000 the length of 1 meter. The hollowed out area is the part of the device that will hold the free floating electrons in extremely tight density to create a powerful electromagnetic field and micro gravitational field. In my example, the electromagnets in this case will keep 10 million pounds of free floating electrons compressed inside the device.
What will keep the electron held into the hollowed out area (so that they don't burst everywhere), are powerful electromagnets (Which would require much energy to run), which would encompass all the walls/sides of the Torus/donut.
So now that you know the fundamental mechanics of the device, I will explain how you use the device.
When the device is turned on, you have to maneuver a ship close to the event-horizon (the beginning) of the electromagnetic and gravitational force fields. You then have to point the ship directly towards the center of the device. Improper maneuvering will cause the ship to crash into the device destroying both objects.
Once the ship is maneuvered, you then use a bit of onboard fuel to propel the ship into the force-fields. As the ship gets pulled towards the center of the donut, it begins to gain a massive amount of momentum very quickly. Just before the ship exits out the other side of the donut, you have to quickly eject/recycle the free-floating electrons outside of the system, so that the ship doesn't get slowed down/pulled back upon exiting from the Donut/Torus ( EMGPB) device.
Enjoy your trip to Mars, or Alpha Centauri, or Gliese 667Cc (Where I want to travel to). Using this device, you can get up to any speed you desire (as long as it doesn't exceed the speed of light), Depending on how powerful you make the device. If you have any questions regarding the device, ask away... or if you just want to post about something else, that's fine to.
Yang membuat dirinya gila adalah
dia bisa ngomong seperti ini di tengah topik-topik ringan, seperti ngomongin
cuaca, makanan, dan lain-lain. Dan, menurut kalian, mungkin gak sih kita bikin
mesin itu SAAT INI JUGA? Mungkin ya, seperti kata Om Eistein:
"Its always impossible until its done".
So dont stop assuming the
possibility!
Anyhow, Sokami menerjang roda
gigi seok ini (baca: otak Aku) dengan asumsi terbarunya. Dia mengatakan bahwa kita
bisa membuat jembatan dari cahaya. Asumsi ini mengindikasikan beberapa hal: 1.
Cahaya bisa dipadatkan, 2. Kecepatan cahaya bisa dihentikan
Kepalan tanganku menempel di
dagu. Bring it on, Sir. Bring it on.
Mengenai Cahaya
Pada kenyataannya, para ilmuwan
masih memperdebatkan banyak hal tentang sifat cahaya. Yang paling populer,
tentunya, adalah sifatnya yang menyamai partikel, tetapi di sisi lain juga
menyamai sifat gelombang. Masalahnya, biasanya suatu obyek itu hanya memiliki
satu diantara kedua sifat itu, gelombang saja atau partikel saja. Tetapi,
banyak bukti yang menunjukkan bahwa cahaya adalah suatu paradoks.
Einstein, misalnya, menunjukkan
bahwa cahaya adalah sebuah partikel dengan melakukan sebuah eksperimen
menggunakan tabung berisi elektron. Nah, tabung ini lalu disinari dengan
cahaya. Dan, wow, setelah disinari cahaya, sejumlah elektron meninggalkan
tabung. Layaknya teman-teman memasuki kolam renang yang diisi penuh dengan air,
pasti ada air yang meluap keluar kolam. Hal ini disebabkan oleh adanya volum yang
mengisi ruang sehingga harus ada volum lain yang terpaksa keluar karena ruang
yang disediakan tidak cukup untuk memuat semuanya. Kesimpulan yang diambil dari
eksperimen tersebut tidak jauh berbeda. Kenapa elektron tersebut keluar? Apakah
ada volum lain yang memasuki ruang tabung? Karena itu terjadi setelah tabung
disinari cahaya, mungkinkah volum tersebut berasal dari cahaya? Kalau memang
demikian, maka cahaya adalah partikel, karena partikel pasti memiliki volum
(sedangkan gelombang tidak).
Gelombang bukanlah suatu benda,
namun, ia ada karena ada gangguan pada suatu benda. Misalnya, air yang tenang,
ketika dilempar dengan batu, pasti permukaannya bergelombang. Gelombang
bukanlah air itu, namun gerakan pada permukaan air yang baru saja diganggu dari
keadaan tenangnya. Nah, oleh karena itu ia sangat berbeda dengan partikel!
Gelombang suara, misalnya, tercipta dari partikel yang bergesek. Misalnya,
dalam kasus tadi, partikelnya adalah air dan batu yang bertemu. Pertemuan ini
menciptakan impact yang akhirnya memunculkan gelombang. Pada cahaya, sifat ini
terlihat pada fenomena refraksi atau pembiasan. Panjang gelombang akan menurun
ketika melalui medium dengan persebaran yang lebih kecil (lebih padat).
Penjelasan ini sangat dapat menjelaskan fenomena refraksi. Selain itu, banyak
pula bukti yang menunjukkan bahwa perbedaan warna merupakan akibat dari
perbedaan panjang gelombang pada cahaya.
Pusing? Tentu saja. Aku dan
Sokami mendiskusikan hal ini hingga menemukan jalan buntu. Di SMA, penekanan
pada sifat gelombang cahaya jauh lebih besar dibanding sifat partikelnya
sehingga, dalam diskusi kami, Aku menentang mati-matian teori Sokami karena Aku
yakin manusia tidak akan bisa menangkap gelomban. Gelombang bukan benda padat
(sudah dijelasin diatas). Sokami, di sisi lain, percaya bahwa cahaya adalah
partikel yang bergerak bak gelombang. Absurd! Apa yang menjadi penggeraknya?
Kalau gesekan, kenapa jadinya cahaya dan bukan bunyi?
JALAN BUNTU! Mendiskusikan sifat
cahaya yang paradoks ini sama halnya seperti debat politik karena sebagian
ilmuwan percaya bahwa cahaya adalah partikel saja, gelombang saja,
kedua-duanya, atau bahkan bukan kedua-duanya sama sekali! BAH, silahkan pilih
partai kalian sendiri, namun setelah membaca lebih jauh dan diskusi sama
Sokami, Aku pilih golput. Aku hanyalah seorang akademisi Psikologi, I know demm
nothing about physics (except from highschool whis is so a century ago)! Kalau
pembaca tertarik, silahkan gali lagi memori masa SMA kalian di sini atau di
sini karena setelah ini kita tidak akan lagi membahas sifat cahaya. Kali ini, argument
Sokami akan patah.
Yang Diajarkan oleh Nat Geo
Aku mendapatkan rilis majalah Nat
Geo isu Maret di akhir bulan Februari. Yes, darls, I had the release EARLY
(walopun jadinya mahal)!! I cant resist, di kovernya ada nama Om Einstein,
lengkap dengan tulisan besar KELIRU (plus, nama om Einstein dicetak warna pink,
jadinya imut-imut gimana gitu).
Ternyata si artikel yang
banyaknya kurang lebih 10 halaman itu hanya nyebut nama si Oom sebanyak
kira-kira 5 kali. Ke. Ce. Wa.
Nggak juga sih. Karena, Nat Geo
isu kali itu mengungkapkan sesuatu yang ternyata jauh lebih menarik. Bukan mas
Einstein, tetapi tentang misteri alam semesta: the black hole.
Satu-satunya obyek yang dapat
menculik cahaya dari peredarannya, satu-satunya obyek yang (katanya) bisa
menghentikan waktu, satu-satunya obyek yang (katanya) luar biasa padat itu
adalah bangkai dari bintang besar yang telah mengalami sakratul maut. Bintang
yang besar (kira-kira 20 kali lipatnya matahari) mengalami kematian yang
dramatis. Bintang berukuran kecil akan mengalami supernova dan menjadi white
dwarf. Namun, setelah melalui masa hidupnya, inti bintang yang sangat besar
akan terjun ke dalam (karena gravitational collapse) dan memadatkan bintang.
Terbentulah black hole, yang sebenarnya bisa jadi suatu obyek luar angkasa
semacam white dwarf, namun lebih padat dan lebih besar gravitasinya. Gravitasi
ini luar biasa besar sehingga ia menyedot seluruh benda langit di sekelilingnya
dan, akhirnya, tidak tersisa apapun – meski hanya seberkas cahaya.
Dari ini, Aku menyadari. Mungkin
diskusi Aku dan Sokami memang tidak semestinya berkisar di antara cahaya itu
gelombang, cahaya itu partikel, dan sebagainya. Ini semua tentang aplikasi! Sejauh
ini, hanya black hole yang bisa menangkap cahaya. Kecepatan cahaya adalah
299.792 km/s. Bend tercepat yang pernah diciptakan manusia adalah Helios II
pada kecepatan 67.056 m/s. Gravitasi Bumi saja cuma kurang lebih 11 km/s. Kalau
kita ingin menciptakan benda dengan daya tarik yang cukup kuat, benda itu
bisa-bisa ikut menghancurkan Bumi. Bayangkan kita memiliki benda dengan daya
tarik sebesar 300.000 km/s saja, apakah Bumi dengan daya tarik 11 km/s bisa
melawannya?
Lihat saja black hole dan
pengaruhnya terhadap benda-benda di sekitarnya. Mereka menghilang tanpa jejak!
Lalu
Sokami: Hmm
A: So, you have to create a pull faster than 299792458 m/s without
actually bringing the earth to an end, which sounds imp-bossy-bull
A: with some ginger candies (my favorite treat)
Sokami: Well, we can still make a machine that counterbalances the
pull…
Kami berdua tidak mau mengalah.
Beberapa saat kemudian.
Sokami: They already make a plan to send some people to Mars
A: Oh, WOW!
A: WOW, that’s awesome
A: I don’t know why, I’m excited!
Sokami: LOL
Sokami: I know, I’m excited too
Sokami: I think they should send more women than just guys there
A: Why?
Sokami: So they can breed obviously
A: Are you telling me you want human to invade Mars?
Sokami: Yeah, isn’t that the whole idea?
A: I know it’s an accomplishment.
But men should stop doing that.
Sokami: Why? Don’t you think…
Here we go again. Bring it on,
Sir. Bring it on.
